Pengertian Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Menurut Dahrendroft telah terjadi perubahan besar pasca masyarakat industri abad 19. Terjadinya dekomposisi atau perubahan bentuk lebih sederhana menyebabkan para analis kesulitan untuk membedakan kaum borjuis yang monopolitis.
Dekomposisi ini juga terjadi pada kaum tenaga kerja, sehingga menyebabkan pasar saham dan moilitas diantara kelas masyarakat, serta munculnya kelas menengah baru dikalangan masyarakat. Dengan demikian penjelasan Mark mengenai teori konflik hanya relevan pada masa kapitalisme tahap awal bukan pada masyarakat postcapitalist. Berikut adalah kata kunci dan asusmi teori konflik Ralf Dahrendorf.
1. Kata Kunci Teori
Dahrendroft merupakan tokoh utama dalam teori konflik. “Wewenang” dan “Posisi” merupakan sentral atau kunci dari teorinya. Distribusi kekuasaan dan wewenang yang tidak merata merupakan faktor terjadinya sebuah konflik. Perbedaan wewenang dalam masyarakat menyebabkan perbedaan posisi didalamnya. Dahrendroft berpendapat bahwa kekuasaan dan otoritas merupakan sumber-sumber yang menakutkan, karena mereka yang memegang kekuasaan memiliki kewajiban atau beban untuk mempertahankan status qua.
Menurut Dahrendroft otoritas tidak mempunyai sifat konstan karena ia terletak dalam posisi bukan terletak dalam diri individu serta otoritas memiliki keterbatasan waktu dan ruang. Dalam sebuah perkumpulan atau asosiasi otoritas selalu bersifat dialektika atau bersifat dikotomi sehingga dalam masyarakat hanya terdapat dua golongan yang selalu bertentangan yaitu golongan penguasa dan yang dikuasai.
Golongan penguasa merupakan golongan yang ingin mempertahankan otoritas, sedangkan golongan yang dikuasai menginginkan perubahan kekuasaan. Dahrendroft berpendapat bahwa masyarakat disusun dari beberapa unit yang dia sebut sebagai imperatively coordinated associations. sehingga dalam masyarakat seorang individu bisa menjadi seorang atasan yang memiliki wewenang (penguasa) atau juga menjadi seorang bawahan dalam posisi yang lainnya.
Individu yang memiliki posisi selalu mencari pemeliharan untuk status quo. Dalam sebuah konflik kepentingan yang dinamakan legitimasi wewenang selalu bahaya. Kepentingan superodinat dan subordinat adalah obyektif dalam pengertian bahwa mereka direfleksikan dalam peran yang melekat pada posisi.
Individu yang menduduki sebuah posisi dibiasakan atau disesuaikan terhadap peran yang mereka jalani dalam menyumbang konflik superordinat dan subordinat. Dahrendrof mengatakan bahwa kepentingan laten peran yang diharapakan. Kepentingan manifes adalah keentingan yang menjadi sadar, dan tugas dari teori konflik adalah menganalisis hubungan dari kedua kepentingan tersebut.
2. Asumsi Teori
Dalam teori konflik Ralf Dahrendroft berasumsi pusat teoritis proposisi bahwa peran struktur membangkitkan minat bertentangan serta komplementer, serta deskripsi generalisasi kondisi menghasilkan konflik. Menurut Dahrendroft teori kelas dibagi menjadi dua elemen, yaitu pertama pembentuk kelas da teori tindakan kelas sebagai teori konflik.
Asumsi dalam teori konflik Dahrendroft menurut Haryanto (2012:48-49) adalah sebagai berikut:
- Di mana pun bisa terjadi perubahan sosial, konflik sosial, pemaksaan, dan kontribusi tiap-tiap elemen itu terdapat perubahan dan disintegrasi atau perpecahan diantara masyarakat
- Kelompok dalam masyarakat perlu dikoordinasi dan dibentuk oleh dua agregat dominasi kepatuhan.
- Masing-masing agregat memiliki kepentingan laten yang menggambarkan basis kelompok semu.
- Kepentingan laten atau kepentingan yang tersembunyi tersebut dapat diartikulasikan dalam kepentingan yang jelas sehingga kelompok semu dapat menjadi kelas sosial atau memiliki tujuan yang nyata.
- Artikulasi tersebut bergantung pada beberapa faktor yang mendukung seperti faktor politik, sosial, dan psikologi.
- Apabila kondisi-kondisi tersebut ada, itensitas konflik antar kelas bergantung pada sejauh mana kondisi itu eksis dan seberapa jauh kelompok dan konflik tersebut diletakan sehingga bagian lain masih dapat terlihat seperti otoritas dan imbalan, dan keterbukaan sistem kelas.
- Kekerasan konflik kelas bergantung pada sejauh mana kondisi-kondisi tersebut ada, yaitu sejauh mana kemiskinan mutlak memberikan celah perubahan menjadi sebuah kemiskinan yang relatif dan bagaimana konflik yang terjadi tersusun secara efektif.
Menurut Dahrendroft masyarakat terdiri dari dua karakteristik yang saling berdampingan, yaitu unit statik dan unit dinamis. Dahrendroft lebih memfokuskan pada penolakan klaimteori struktural fungsional tentang perubahan sosial konflik.
Baca Juga :
Menurut Dahrendroft merasa perlu memperbaiki premis teori struktural fungsional tentang integrasi bahwa “elemen-elemn variabel dinamik: yang mempengaruhi konstruksi struktur sosial bukan berasal dari luar sistem, melainkan berasal dari dalam sistem. Sedangkan menurut Wirawan (2013:87) asumsi yang mendasari teori konflik ralf Dahrendroft adalah sebagai berikut:
- Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai andil bagi terjadinya perpecahan atau disintegrasi dan perubahan sosial
- Masyarakat selalu dalam keadaan konflik menuju proses sebuah perubahan. Masyarakat terintegrasi atas dominasi (borjuis) menguasai proletar atau golongan paling redah.
Konflik yang terjadi disebabkan tidak adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian semua sarana-prasarana produksi