Inti Teori Wewenang dan Posisi dalam Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Dahrendroft merupakan tokoh utama dalam teori konflik. “Wewenang” dan “Posisi” merupakan sentral atau kunci dari teorinya. Distribusi kekuasaan dan wewenang yang tidak merata merupakan faktor terjadinya sebuah konflik.

Perbedaan wewenang dalam masyarakat menyebabkan perbedaan posisi didalamnya. Dahrendroft berpendapat bahwa kekuasaan dan otoritas merupakan sumber-sumber yang menakutkan, karena mereka yang memegang kekuasaan memiliki kewajiban atau beban untuk mempertahankan status qua. Berikut penjelasan tentang inti teori dan aplikasi teori dalam kehiudpan sehari-hari

Inti teori

Dahrendroft merupakan tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat memiliki dua wajah yaitu konflik dan konsensus. Sebuah asosiasi masyarakat tidak akan ada apabila tidak ada konsensus atau kesepakatan dan konflik menjadi salah satu kesepakatannya.

Jadi kita tidak akan pernah mengalami konflik apabila tidak memiliki konsensus sebelumnya. Sebagai contoh adalah seorang dosen di sebuah Universitas tidak akan memiliki konflik dengan dosen diluar negeri apabila keduanya tidak pernah memiliki kontak atau tidak pernah berinteraksi.

Teori konflik yang dikemukakan oleh Dahrendroft membedakan tiga tipe utama kelompok. Pertama adalah kelompok semu (quasi group). Kelompok ini memegang kepentingan bersama dan mereka adalah calon dari kelompok kedua yaitu kelompok kepentingan. Kedua kelompok ini digambarkan oleh dahrendrof dalam bukunya Soziale Klassen und Klassenkonflict (Class and Class Conflict) sebagai berikut:

“Mode perilaku yang sama adalah karakteristik dari kelompok kepentingan yang direkrut dari kelompok semu yang lebih yang besar. Kelompok kepentingan adalah kelompok dalam pengertian sosologi ketat; dan kelompok ini adalah agen rill dari konflik kelomok. Kelompok ini mempunyai struktur, bentuk organisasi, tujuan atau program dan anggota perorangan.

Konsep mengenai kelompok semu, kelompok kepentingan, dan kelompok-kelompok konflik merupakan sebuah konsep dasar untuk menerangkan teori konflik. Dalam kondisi yang ideal maka perubahan tidak akan diperlukan, namun keadaan tidak pernah ideal sehingga banyak faktor yang ikut menyebabkan terjadinya sebuah konflik.

Baca Juga :

Salah satunya adalah perekrutan anggota kelompok semu, apabila perekrutan yang dilakukan dilaksanakan dengan cara acak dan berdasarkan peluang, kelompok kepentingn dan kelompok konflik tidak akan muncul. Namun apabila perekrutan dilaksanakn dengan cara struktural maka kelompok kepentingan akan menyediakan basis dan ketika basis tersebut dilaksanakan maka akan muncul kelompo konflik.

Dalam hal ini kelompok semu sebagai agregasi posisi-posisi keentingan yang identik dapat melahirkan beberapa kelompok kepentingan. Munculnya kelompok kepentingan didasari faktor-faktor teknis, politik dan sosial psikologis.

Aspek yang terakhir yang dikaji dalam teori konflik dahrendroft adalah hubungan konflik dengan perubahan sosial. Dalam hal ini Dahrendroft mengakui pentingnya karya Lewis Coser yang memfokuskan fungsi konflik dalam mempertahankan status quo.

konflik juga menyebabkan terjadinya sebuah perubahan dan perkembangan dalam masyarakat. Menurut Raho (2007:80) menyimpulkan bahwa Dahrendroft mengatakan ketika sebuah kelompok-kelompok yang bertentangan muncuul, mka mereka akan melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perubahan didalam struktur sosial.

Intinya adalah Dahrendroft menyatakan bahwa ketika sebuah kelompok konflik muncul maka ia akan melakukan tindakan yang menyebabkan sebuah perubahan atau perkembangan. Apabila konflik tersebut besar maka akan menyebabkan terjadinya perubahan secara radikal.

Dan apabila konflik yang terjadi disertai dengan tindakan kekerasan maka akan terjadi perubahan secara cepat atau revolusi. Sosiologi haruslah membiasakan dengan adanya hubungan antara konflik dan perubahan maupun dengan hubungan antar konflik dan status quo.

Inti Teori dan Aplikasi Teori Konflik Ralf Dahrendorf dalam kehidupan Sehari-hari 1

Aplikasi teori dalam kehidupan sehari-hari

Dalam contoh dikehidupan sehari-hari adalah kita memiliki sebuah sahabat dan kemudian kita terlibat sebuah konflik. Konflik atau pertentangan tersebut tidak akan pernah terjadi apabila kita tidak pernah mengenal satu sama lain terlebih dahulu. Contoh aplikasi diatas merupakan hubungan antara konsensus dan konflik.

Sedangkan aplikasi lain teori ini adalah ketika sebuah persaingan atau sebuah kompetisi dalam mencapai sebuah posisi dimana ketika kompetisi tersebut dilaksanakn dengan ideal dan berdasarkan dengan peluang maka akan terhindar dari sebuah konflik, sebaliknya apabila kompetisi tersebut dilaksanakn dengan struktural maka akan banyak unsur kepentingan yang masuk didalamnya.

Aplikasi teori dalam peristiwa

Yang paling mendasari dalam sebuah peristiwa heroik yang menyebabkan sebuah perselisihan maupun sebuah perang adalah adany sebuah konflik yang tidak memiliki kesepakatan damai. Contoh aplikasi teori konflik Dahrendroft dalam peistiwa adalah adanya hubungan konsensus yang terjadi antara USA dengan Jepang Pasca Perang Dunia Dua. Dalam adanya konflik diantara kedua negara tersebut menyebabkan adanya sebuah konsensus atau kesepakatan mauun sebuah kerjasama.

Contoh aplikasi lainnya adalah terjadinya Revolusi di Indonesia pada tahun 1998 yang terjadi akibat adanya konflik dari pemerintah dengan masyarakat khususnya para mahasiswa. Dalam hal ini konflik yang terjadi sudah bersifat besar dan menyebabkan kekerasan. Mereka para masyarakat menginginkan sebuah perubahan struktur sosial didalam pemerintahan Indonesia. Sehingga terjadilah perubahan secara cepat atau yang biasa kita sebut sebagai Reformasi.