Implementasi Pendidikan pada Masa VOC

Penerapan pendidikan pada masa VOC berbeda disetiap daerah. Daerah-daerah yang mendapatkan pendidikan dari VOC antara lain adalah sebagai berikut:

  • Ambon

Sekolah protestant yang pertama didirikan oleh VOC berada di Ambon pada tahun 1607 (Djumhur & Danasuparta, 1976:116). Sekolah ini ditujukan untuk anak-anak Indonesia, karena saat itu belum ada anak Belanda. Murid disekolah ini berjumlah 30-40 anak.  Para siswa tidak datang ke sekolah secara teratur seperti sekolah pada umumnya, hal itu dikarenakan disamping belajar di sekolah mereka harus membantu orang tuanya bekerja di kebun atau di rumah.

Untuk menanggulangi hal ini sampai diadakan peraturan bahwa setiap  murid diberi satu pon beras setiap hari. Pendidikan yang diberikan berupa membaca, menulis, dan sembahyang. Guru di sekolah Protestant awalnya adalah orang Belanda, kemudian dikirim beberapa anak kepala-kepala di Ambon untuk belajar ke Belanda yang sepulangnya ke tanah air akan diangkat sebagai guru.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu setelah sebelumnya menerapkan bahasa Belanda namun gagal karena bahasa Belanda dianggap sulit. Hal inilah yang tidak pernah dicapai oleh Belanda seperti pencapaian Portugis di Nusantara yaitu bahasa. Karena bahasa portugis sama populernya dengan bahasa melayu bahkan sampai di akhir abad 18, khotbah di gerejapun dilakukan dengan bahasa melayu dan portugis.

Di sekolah protestant ini diadakan pengawasan terhadap pengajaran yang dilakukan oleh pendeta-pendeta terhadap guru-guru dan terdapat pula pengawasan untuk murid-murid oleh inspeksi, sehingga apabila terdapat murid yang sudah dirasa memiliki pengetahuan yang cukup akan dikeluarkan dari sekolah.

Jumlah sekolah protestant sangat berkembang pesat sehingga di tahun 1632 telah ada 16 sekolah yang berada di Ambon. Di tahun 1645 meningkat menjadi 33 sekolah dengan 1300 murid. Dan ditahun 1708 meningkat menjadi 3966 murid.

  • Batavia

Selain di daerah timur, VOC melakukan persebaran pendidikan protestant di Batavia (jakarta). Hal ini dilakukan karena Batavia merupakan pusat administrasi kolonial. Sekolah pertama di Batavia dibuka pada tahun 1630 untuk mendidik anak Belanda dan Jawa agar menjadi pekerja yang kompeten pada VOC. Di tahun 1636 sekolah di Batavia berkembang menjadi 3 sekolah dan di tahun 1706 telah ada 34 guru dan 4873 murid (Djumhur & Danasuparta, 1976). Sekolah-sekolah ini diutamakan bagi anak-anak pegawai VOC, anak dari kalangan rakyat biasa tidak diterima.

Kurikulum yang diterapkan VOC terhadap sekolah-sekolah sangat berkaitan dengan gereja. Menurut peraturan sekolah tahun  1643 tugas guru adalah:

  • Memupuk rasa takut terhadap Tuhan
  • Mengajarkan dasar-dasar agama Kristen
  • Mengajar anak berdoa
  • Bernyanyi
  • Pergi ke gereja
  • Mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru

Berbeda dengan pendidikan di Ambon yang menyatakan bahwa anak yang dirasa memiliki pengetahuan yang cukup akan dikeluarkan dari sekolah, peraturan di Batavia menyatakan bahwa anak pria lebih dari usia 16 dan anak wanita lebih dari 12 tahun hendaknya tidak dikeluarkan dari sekolah. kemudian usia itu diturunkan menjadi 12 tahun untuk pria dan 10 tahun untuk wanita. Di tahun 1778 mulai ada pembagian kelas untuk pertama kali. Kelas dibagi menjadi 3 yaitu :

  1. Kelas 1 yang merupakan kelas tertinggi diajarkan membaca menulis, katekismus, bernyanyi dan berhitung
  2. Kelas 2 diajarkan membaca, menulis, dan bernyanyi
  3. Kelas 3 merupakan kelas terendah yang diajarkan adalah abjad

Anak-anak belajar secara individual, mereka mendatangi guru untuk menerima pelajaran. Kecuali menyanyikan lagu gerejani dan resitasi teks buku Injil yang dilakukan bersama seluruh kelas.hal itu terjadi karena belum ada pengajaran klasikal, mengajar berdasarkan pengajaran individual. Guru-guru diangkat oleh gereja reformasi di Amsterdam, dan semua sekolah di suatu wilayah berada dibawah pengawasan pendeta. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Belanda sampai tahun 1786, setelah itu digunakan bahasa Melayu.

  • Sekolah di luar Ambon

Persebaran pendidikan VOC di luar Ambon hanya terbatas oleh daerah-daerah yang telah dinasranikan atau terkena pengaruh agama katolik dari bangsa Portugis dan Spanyol. Sedangkan daerah-daerah yang tidak dinasranikan oleh orang Portugis dibiarkan saja. Sekolah-sekolah di luar Ambonpun kurang mendapat pengawasan dari pendeta-pendeta. Sehingga sekolah-sekolah di luar Ambon seperti di Pulau Timor yang sudah memiliki sekolah di tahun 1710, Pulau Sawu di tahun 1756, Pulau Kei di tahun 1635 (Soemanto, 1983:37) dan pulau-pulau lainnya kurang mendapat perhatian.

  • Jawa

Penyebaran pendidikan oleh VOC di pulau jawa tidak terlalu diperhatikan seperti di Ambon, hal ini dikarenakan pulau jawa tidak terlalu memproduksi rempah-rempah seperti didaerah timur. Sehingga, VOC hanya perlu melakukan hubungan dagang dengan kepala-kepala saja tanpa campur tangan rakyat. Selain itu, rakyat di Pulau Jawa tidak dinasranikan oleh portugis sehingga tidak ada alasan bagi kompeni untuk mempengaruhi rakyat jawa dengan pendidikan. Karena alasan  inilah pulau jawa tidak banyak terdapat sekolah-sekolah protestant dan gereja sebanyak di daerah timur.

  • Jatuhnya VOC

Perkembangan pendidikan pada masa VOC di Nusantara mulai merosot pada pertengahan abad ke-18. Diawali pada tahun 1799 VOC mulai jatuh karena para pegawainya bekerja tanpa disiplin, korupsi dan majement tidak teratur. Kemudian di Batavia yang berpenduduk 16.000 jiwa hanya memiliki 270 murid, Surabaya 24 murid, dan seluruh pulau jawa hanya 350 murid (Nasution, 2014: 7). Selain itu di tahun 1890 tidak ada lagi khotbah di Ambon karena tidak adanya guru agama atau pendeta disebabkan keputusan tahun 1758 untuk tidak lagi mengirimkan guru dari Negeri Belanda.

Di pertengahan abad ke-18 inilah VOC mulai mengalami kemunduran dan secara cepat pemerintah Belanda mengambil alih kekuasaan VOC. Sehingga setelah masa itu Nusantara berada di bawah pemerintahan Belanda dengan nama Hindia Belanda.

Baca Juga :
Orientasi Pendidikan Pada Masa VOC
Hakikat dan Esensi Pendidikan Pada Masa VOC

Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Voc
Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Voc

Dampak Pendidikan masa VOC terhadap Masa Kini

Pendidikan pada masa VOC yang hanya memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Protestan di Indonesia memiliki beberapa dampak pada pendidikan di Indonesia pada saat ini antara lain:

  1. VOC merupakan pelopor pendirian sekolah-sekolah di Indonesia meskipun pada awalnya hanya untuk misi penyebaran agama, namun pendirian sekolah-sekolah ini merupakan cikal bakal berdirinya sekolah-sekolah seperti sekarang ini.
  2. Pada pembelajarannya para siswa diajari untuk menggambar, tujuan menggambar ini adalah untuk membuat peta.
  3. Secara tidak langsung dengan berdirinya sekolah-sekolah yang hanya ditujukan  untuk anak orang Belanda saja  maka para pribumi juga memiliki keinginan untuk belajar semakin lebih besar meskipun sangat sulit dalam mendapatkan pendidikan.
  4. Pendidikan masa VOC juga telah melahirkan beberapa cendikiawan yang mempunyai jiwa nasionalis tinggi sehingga muncul beberapa tokoh pencetus kemerdekaan.
  5. Bertambahnya pengetahuan tentang bahasa asing yaitu bahasa Belanda karena pada proses pembelajaran mereka menggunakan bahasa pengantar yang mengguanakan bahasa Belanda.
  6. Adanya metode pembelajaran secara bersama-sama seperti sekarang karena sebelumnya metode pembelajaran hanya satu per satu siswa.
  7. Tidak adanya pembeda antara laki-laki dan perempuan dalam mendapat pendidikan meskipun dahulu hanya untuk kalangan bangsawan.
  8. Adanya contoh model infrastruktur sekolah seperti sekarang ini juga merupakan dampak dari pendidikan pada masa VOC.