Keshogunan Tokugawa?
Keshogunan Tokugawa merupakan pemerintahan diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Ieyasu Tokugawa yang diangkat sebagai Shogun pada tanggal 24 Maret 1603. Setiap pewaris tahta Shogun diberi nama keluarga Tokugawa. Ieyasu Tokugawa adalah orang yang pertama mendorong perdagangan luar negeri, mendirikan hubungan dagang dengan Inggris dan Belanda. Namun, pada tahun 1633, Shogun Iemitsu (penerus Ieyasu) kecewa dengan perdagangan internasional dan menerapkan politik isolasi.
Satu-satunya hubungan perdagangan luar negeri yang tetap dibuka adalah hubungan dengan Cina dan Belanda melalui pelabuhan Nagasaki. Dia ingin Jepang menjadi swasembada bangsa dan untuk menghindari ketergantungan pada negara-negara lain.
Zaman pemerintahan Tokugawa sangat berbeda dengan zaman-zaman pemerintahan Shogun sebelumnya. Perbedaan yang mencolok adalah pada sistem pemerintahan dan juga politiknya. Keluarga Tokugawa adalah sebagai keluarga Shogun terakhir dalam menjalankan pemerintahan yang menerapkan tata cara.
Pemerintahan Tokugawa berakhir ketika banyak sekali bencana alam dan juga kelaparan yang melanda Jepang sehingga banyak sekali rakyat yang ingin segera menggulingkan kekuasaan Tokugawa. Berikut ini merupakan dua faktor penyebab majunya pemerintahan Tokugawa yaitu yang pertama adalah Peran para samurai dan yang kedua adalah peran system perdagangan yang dilakukan pada masa pemerintahan Tokugawa.
Baca Juga :
– Runtuhnya Jepang Pada Masa Keshogunan Tokugawa
– Perkembangan Ekonimi Masyarakat Jepang Pada Masa Keshogunan Tokugawa
Para Samurai
Peran para samurai pada masa Shogun Tokugawa sebagai seorang serdadu. Akan tetapi perannya lebih dari sebagai seorang serdadu. Semakin belangsungnya kekuasaan Tokugawa banyak para samurai yang menjadi pengelola kekayaan tuan-tuan mereka. Meskipun demikian penghasilan yang diperoleh para Samurai ini tidak sebanding dengan beba yang dipikul dalam menjaga ketertiban wilayah Jepang. Sehingga penghasilan mereka hanya cukup untuk biaya hidup sendiri. Hal tersebut menyebabkan banyak para samurai yang membatasi jumlah anggota keluarga mereka.
Sakoku
Sakoku adalah kebijaksanaan untuk menutup diri dari dunia luar. Dimana orang asing tidak diperbolehkan menginjakkan kakinya di Jepang dan orang Jepang pun tidak diperbolehkan keluar Jepang dengan alasan apapun. Pada awalnya Shogun Tokugawa membuka diri terhadap dunia luar. Akan tetapi lambat laun kebijakan ini berubah pemerintahan Tokugawa tidak mengizinkan adanya hubungan dengan dunia luar.
Hal ini disebabkan banyaknya para misioneris agama Kristen yang lambat laun telah mengeser budaya asli Jepang. Hanya bangsa Belanda yang diperbolehkan berdagang melalui pelabuhan Dejima di Kyushu. Belanda diizinkan melakukan perdagangan di Jepang dikarenakan Belanda tidak memiliki kepentingan untuk menyebarkan Agama sehingga hal tersebut diizinkan. Tetapi, orang Belanda yang akan berdagang di Jepang, harus mendapatkan izin dari Shogun terlebih dahulu kemudian diperiksa secara ketat baru boleh berdagang.
Dengan Sakoku ini pemerintahan Shogun Tokugawa meyakinkan diri bahwa pemerintah feudal yang mereka terapkan akan mencapai kedamaian didalam maupun diluar wilayahnya. Perang yang telah berhenti membuat pemerintahan lebih fokus pada tata tertib masyarakat. Suasana yan tertib, aman, dan damai akan memberikan jaminan untuk mencari nafkah dengan aman. Sehingga Jepang mengalami peningkatan tingkat kemakmuran selama diterapkannya Sakoku ini.