Disintegrasi Bangsa Indonesia: Konflik dan pergolakan berdasarkan kepentingan dan Sistem Pemerintahan
Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan, atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Disintegrasi berbentuk aksi demonstrasi, pergolakan daerah bagi mereka yang merasakan adanya diskriminasi, aksi kriminalitas yang tak terkendali. Permasalahan tersebut dapat menimbulkan disintegrasi bangsa yang ditandai dengan hilangnya nasionalisme pada jiwa masyarakat sehingga menyebabkan kerusuhan dan disharmonisasi. Pergolakan yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh tiga hal yaitu Ideologi, Kepentingan, dan Sistem Pemerintahan.
a. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
Latar belakang terbentuknya APRA dilatarbelakangi ketidak puasan beberapa pejuang terhadap kebijakan pemerintah RIS. APRA dibentuk oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1949 dengan dalih sebagai Ratu Adil. APRA beranggotakan tentara KNIL yang tidak setuju dibentuknya APRIS di wilayah Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi Siliwangi.
APRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara negara federal di Jawa Barat.Jalannya pemberontakan pada bulan Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Pasukan APRA mendapatkan dukungan dari tokoh KNIL Belanda. APRA menyerang Kota Bandung dan dapat menguasai beberapa tempat penting. Setelah itu, Westerling berusaha menggulingkan kabinet RIS.
Penumpasan untuk mengatasi kekacauan pemerintah RIS mengirim pasukannya ke Bandung. Perdana Menteri Moh. Hatta mengadakan perundingan dengan Komesaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil perundingan mendesak agar Westerling meninggalkan Bandung. Akhirnya Westerling dan pasukannya meninggalkan Badung dan sisa pasukannya berhasil dihancurkan.
b. Peristiwa Andi Aziz
Latar Belakang peristiwa ini dilatar belakangi oleh Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Jalannya pemberontakan pemberontakan Andi Aziz di Makassar diawali adanya kekacauan di Sulawesi Selatan.
Untuk mengatasi kekacauan tersebut pemerintah mengirim pasukan TNI di bawah pimpinan Mayor H.V. Worang untuk meredakan ketegangan. Andi Aziz dan pasukannya menolak keputusan tersebut dan tidak mau bekerja sama. Andi Aziz selanjutnya menyerang markas TNI di Makassar dan dapat menguasainya.
Penumpasan untuk menumpas pemberontakan ini dikirimkanlah Kolonel Alex Kawilarang. Pertempuran antara pasukan APRIS dan KNIL tidak dapat dihindarkan dan APRIS dapat memukul mundur musuh. Selanjutnya pihak KNIL meminta untuk berunding. Hasilnya adalah kedua pihak setuju untuk menghentikan tembak menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL harus meningggalkan Makassar.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dilakukan dengan tujuan memisahkan diri dari Republik Indonesia dan menggantinya dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April 1950, RMS didukung oleh mantan pasukanKNIL.
Kemudian, pemberontakan dapat diredam dengan damai yaitu dikirimkannya pasukan ekspedisi militer pimpinan Kawilarang. Hingga kemudian, sisa-sisa kekuatan RMS banyak dilarikan ke pulau Seram dan Dr. Soumokil dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
3. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Sistem
Pemerintahan.
a. Pemberontakan PRRI dan Permesta
latar belakang
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Baca Juga:
- Inti Teori Tindakan Komunikatif Jurgen Harbemas
- Disintegrasi Bangsa Indonesia Pada Tahun 1948-1965 Part 1
Kekecewaan tersebut kemudian berlanjut dengan dibentuknya dewan-dewan daerah.
Terdapat empat dewan daerah yang dibentuk, yaitu :
1) Dewan Banteng di Sumatra Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
2) Dewan Gajah di Sumatra Utara dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
3) Dewan Garuda di Sumatra Selatan dipimpin oleh Letkol Barlian.
4) Dewan Manguni di Sulawesi Utara dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hoesain memproklamasikan berdirinya PRRI (Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia) di Padang Sumatra Barat.
Penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta ini bisa dilumbuhkan setelah operasi militer yang dipimpin Jenderal Ahmad Yani dan Nasution merebut kota besar basis pendukung PRRI Permesta. Sisa pemberontak menyerahkan diri setelah pemerintah pusat memberikan amnesti atau pengampunan pada bekas pemberontak.
Dalam operasi militer ini, TNI menangkap Allen Pope, pilot berkebangsaan Amerika yang bekerja membantu AUREV (Angkatan Udara Revolusi) yang merupakan angkatan udara Permesta. Tertangkapnya Allen Pope membuat keterlibatan Amerika Serikat membantu Permesta terbuka. Akhirnya Amerika Serika menghentikan bantuan ini dan Permesta menjadi lebih mudah dikalahkan.