Kota Malang

Kota Malang adalah sebuah kota yang berada di Pulau Jawa, lebih tepatnya Jawa Timur. Kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya dan Kota terbesar ke-12 di Indonesia. Kota Malang di cap sebagai kota Pendidikan karena memiliki perguruan tinggi terbaik seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Maulana Malik Ibrahim (UIN Malang), dll.

Asal Usul Kota Malang

Fakta dan Sejarah Tari Topeng Malang

Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh ahli sejarah. Hipotesis pertama merujuk pada nama bangunan suci yang bernama ‘Malangkucecwara. Bangunan suci disebut dalam dua prasasti Raja Balitung dan Mataram Kuno, yakni prasasti Mantyasih tahun 907 Masehi.

Ada sejumlah ahli menyebutkan bahwa bangunan Malangkucecwara terletak di daerah Gunung Buring yang membujur di sebelah timur Kota Malang dimana terdapat salah satu puncaknya bernama ‘Malang’. Pihak lain juga menyebutkan Bangunan Suci tersebut terdapat di daerah Tumpang, Kabupaten Malang. Di daerah tersebut, terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang menurut para hali sejara berasal dari kata ‘Malangkuca’.

Pendapat ini diperkuat oleh keberadaan peninggalan kuno di sekitar Tumpang seperti Candi Jago, Candi Kidal yang merupakan wilayah Kerajaan Singhasari. Malangkucecwara terdiri atas 3 kata, yakni ‘Mala’ berarti kebatilan/kepalsuan, ‘Angkuca’ yang berarti menghancurkan dan ‘Icwara’ yang berarti Tuhan. Malangkucecwara berarti ‘’Tuhan telah menghancurkan yang batil’’

Ciri Khas Bahasa

Ada sebuah ciri khas dari kota malang yang tentunya berbeda dari kota-kota lain. Apa ciri khas kota Malang? Yaa.. Bahasa Terbalik / Boso Walikan. Boso Walikan berasal dari pemikiran pejuang tempo dulu yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota. Bahasa ini dianggap perlu karena untuk menjamin kerahasaian.

Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa Clash II perang kemerdekaan pada akhir Maret tahun 1949. Pada masa itu banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari penduduk pribumi sendiri. Untuk mengelabui mata-mata sekaligus meminimalisir bocornya strategi perjuangan para gerilyawan pejuang menggunakan bahasa tersebut. Karena keakraban dan pergaulan sehari-hari maka para pejuang dalam waktu singkat dapat fasih menguasai bahasa walikan. Sedangkan mata-mata yang tidak setiap hari bergaul kesusahan dan selalu ketinggalan istilah-istilah baru. Maka siapapun yang tidak fasih menggunakan bahasa ini maka dialah mata-mata dari pihak belanda. Sehingga penyusup dapat diketahui serta kerahasiaan tetap terjaga.Baca Juga