Memahami Pentingnya Otentitas Dalam Sebuah Sumber Sejarah

Sejarah dalam Pengantar Ilmu Sejarah disebutkan sebagai art and science, sejarah adalah “seni dan ilmu”. Sejarah dalam seni lebih diperhatikan mengenai bagaimana narasi dan menyampaian seorang sejarawan dalam menyampaikan peristiwa sejarah. Sedangkan sejarah disebut sebagai ilmu karena dalam proses mengkaji diperlukan metodelogi penelitian ilmiah. Penulisan sejarah disebut dengan historiografi.

Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut sejarah. Dalam menulis sebuah peristiwa sejarah dibutuhkan langkah-langkah heuristik dan kritik sumber. Heuristik adalah langkah menggumpulkan sumber sejarah. Dalam penggumpulan sumber sejarah dibutuhkan kritik sumber.

Kritik sumber diperlukan agar dalam penulisan sejarah bisa dipertanggungjawabkan kebenarnya. Terdapat 2 jenis kritik sumber yaitu, pertama Kritik sumber extern atau yang biasa disebut dengan otentisitas dan yang kedua adalah kritik intern atau yang biasa disebut dengan kredibilitas.

Kedua kritik tersebut sangat diperlukan dalam penulisan historiografi. Hal tersebut karena dalam historiografi diperlukan keaslian dan kebenaran mengenai sumber yang digunakan dalam menulis historiografi. Menginggat pentingnya otentisitas dan kredibilitas dalam penulisan sejarah maka dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai keduanya.

Otentisitas

Penulisan historiografi diawali dengan pengumpulan sumber. Setelah sumber terkumpul maka akan dilakukan kritik sumber. Dua aspek yang dikritik yaitu keasliannya atau Otentitas

dan kredibilitas atau keabsahan. Dalam sumber sejarah sebagai dasar dalam penulisan historiografi harus bersifat otentik.

Otentik atau otentisitas dalam memiliki arti “asli”. Dalam sumber sejarah yang memiliki keaslian memiliki artian sebagai sumber yang tidak dipalsukan, sedangkan sumber otentik adalah sumber yang melaporkan dengan benar mengenai suatu subyek yang tampaknya benar.  

Asli dan otentik tidak selalu sinonim, sebagai contoh adalah sebuah tulisan mengenai peristiwa jatuhnya pesawat namun penulis tidak mengetahui peristiwanya secara langsung. Hal ini bisa dikatakan bahwa tulisan itu asli namun tidak otentik atau tidak bisa dibenarkan. otentisitas adalah lebih dari pemberian suatu nama atau suatu periode kepada suatu sumber sejarah, dalam hal ini diperlukan informasi yang lengkap seperti:

  1. Tanggal dari penulisan (komposisi) atau dihasilkan (produksi)
  2. Tempat dari penulisan atau dihasilkan
  3. Oroginalitas dari penulis
Pentingnya Otentitas atau Keaslian dalam Sumber Sejarah 1

Intinya semua informasi yang menyangkut tentang asal mula dari sumber tersebut, disinilah yang di inginkan dari otentisitas lengkap. Dengan semakin lengkap sumber-sumber yang di peroleh akan menambah kredibilitas dari catatan atau dokumen tersebut, bila sumber yang di tulis lebih dari satu orang, maka kita harus menyebutkan semua orang yang bertangung jawab atas sumber tersebut, meskipun belum ada peraturan yang benar-benar baku (apalagi kaku) yang dapat diberikan untuk memutuskan beberapa banyak yang harus di buktikan sebelum sebuah sumber dapat diterima sebagai sesuatu yang asli, namun jika semakin lengkap sebuah dokomen maka semakin banyak yang bisa digunakan sumber oleh sejarawan.

Baca Juga:

  1. Deteksi sumber palsu

Kepalsuan sumber-sumber selalu membayangi para sejarawan, dengan semakin majunya zaman maka kecanggihan tehnologi semakin maju dan sulit untk di bendung, dengan ini maka para pemalsu semakin mudah untuk beroperasi, apabila terdapat dua negara yang sedang konflik mereka akan mencari kesempatan utuk meraih keuntungan dengn menjajankan dokumen rahasia negara yang dijajakan oleh si pelaku pemalsuan kepada kedutaan, intel, atau koresponden surat kabar yang dikatakan asli tetapi pada kenyataanya adalah palsu.

Sebenarnya yang di palsukan tidak hanya tulisan-tulisan atau sebuah catatan saja tapi, tetapi pemalsuan juga berupa peninggalan-peninggalan juga dapat dipalsu, misalnya mereka membuat pemalsuan yang beruapa tengkorak manusia dan hewan-hewan purba. Yang biasanya diperjajajnkan di musium-musium atau kolektor-kolektor barang antik.

Bagaimanakah cara membedakan sumber tersebut asli tidaknya, yaitu dengan menyaring ketat dan menguji otentitas dokumen tersebut, yang lebih diutamakan terhadap dukumen-dokumen yang dicurigai telah di palsukan. Dengan itu sejarawan harus berhati-hati dalam pemilian sumber agar tidak memakai sumber yang palsu.

  • Uji Otentisitas

Ujian yang digunakan untuk mengecek keaslianya sumber-sumber adalah berupa kritik eksternal dan kritik internal yang di bagi menjadi empat bagian yaitu:

  1. Kriteria fisik yaitu pengecekan bagian-bagian fisik, seperti umur tinta, umur keras. Dengan cara menguji dengan bahan-bahan kimia
  2. Garis asal-usul dari dokumen atau sumber. Aspek ini sangat penting dalam pengujian , biasanya dari sini dapat dilihat keaslian dan kepalsuan sumber, dengan mengetaui siapa pengarangnya maka akan lebih mudah mengitentifikasi.
  3. Tulisan tangan, dari sini kita bisa melihat ejakan dan tehnik penulisan, biasanya tiap periode penulisanya berbeda-beda, jika masih sulit  kita bisa membandingkan tulisan ini, dengan tlisan yang lain, mana yang sesuai mana yang tidak.
  4. Isi dari sumber, dai sini kita mengetahui apakah sumber ini palsu apa tidak, dengan mengunakan tehnik ini kita bisa melihat sumber yang dikutip apakah sesuai apa tidak dengan isi dokumenya.

Dari itu semua kita dapat melihat keaslianya sebuah dokumen, dengan memegang hal tersebut kita bisa dengan mudah megidentifikasi sebuah dokumen yang asli dengan yang palsu, sehingga dokumen yang palsu sulit untuk menyebar, dan yang ada hanyalah dokumen-dokumen yang asli untuk disimpan.

  • Integerasi

Integerasi adalah satu aspek dari otentisitas dan adalah suatu aspek yang sangat penting, di sini sumber dikatakan tetap asli atau konsisten jika masih terjaga otentisitasnya, cara melihat keaslianya sebuah sumber yaitu dengan masih adanya kesaksian keaslian tetap terjaga dan tetap terpelihara tanpa perubahan sedikitpun meskipun ditransmisikan dari masa ke masa.

Perubahan ini biasanya terjadi karena adanya proses perevisian atau interpolasi , pada proses itu akan mengubah beberapa sumber yang telah otentik. Selain itu perevisian juga menimbulkan penambahan-penambahan. Dalam hal ini mengganggu perubahan-perubahan yang dibuat oleh penulis-penulis sendiri dalam catatan-catan harian mereka