Mengenal sistem pendidikan Hindu Budha pada masa Kerajaan Majapahit
Sistem yang digunakan dalam pendidikan Majapahit dibagi menjadi dua sistem. Hal ini terjadi karena pada masa Majapahit agama yang dianut adalah agama Hindu siwa dan Budha, oleh sebab itu sistem pendidikan yang diajarkan merujuk pada kedua agama tersebut. Menurut Panji menyebutkan dalam kitab Negarakertagama, diberitahukan bahwa terdapat dua pejabat yang mengurusi keagamaan, yaitu Dharmadyaksa Kaewan yang mengurusi agama Siwa dan Dharmadyaksa yang mengurusi agama Budha.
Dalam kedudukannya kedua agama ini memiliki kedudukan yang sama karena memiliki dasar yang hampir sama. Dalam sumber lain juga disebutkan menurut Mudyahardjo (2012:217) yakni kehidupan runtut rukun antara 3 aliran agama yaitu Brahma, Siwa, dan Budha, yang ada di Majapahit, baik tempat tinggal para pendeta maupun perkembangan agama-agama itu diatur dengan rapi (Negarakertagama pupuh 81).
Pendidikan Agama Hindu Siwa
Agama Hindu Siwa banyak dianut oleh para raja Majapahit. Dalam sistem pendidikan pada agama Hindu disebutkan terdapat 4 Catur asrama yang diterapkan yaitu:
- Brahmacharya asrama: tingkat hidup berguru
Brahmacharya secara etimologis berasal dari kata Brahma atau yang memiliki arti suci. Dalam pengajaran di asrama ini bergerak pada ilmu pengetahuan suci. Asrama ini ditujukan untuk para kaum laki-laki yang sudah melewati masa anak-anak dan siap untuk meningglkan rumah dan berguru dengan seorang guru disebuah asrama. Pendidikan pada masa ini berlangsung sampai umur 25 tahun.
Tujuan dari pendidikan Brahmacharya adalah untuk menyiapkan masa depan dari para siswanya. Pada asrama ini diterapkan sebuah upacara penerimaan pada awal masuknya mereka ke asrama yang disebut sebagai Upanayana. Dimana dalam upacara tersebut para Sisya atau siswa akan melewati proses pensucian. Setelah lulus dari Brahmacharya maka para sisya akan menjalani upacara yang disebut sebagai Samavartana. Dalam pelaksanaannya siswa diharapkan untuk tinggal di asrama dan menaati peraturan yang ada didalam asrama tersebut.
- Grihasthasrama
Pendidikan ini dimulai ketika seorang pria menikah, dan melakukan tanggung jawab untuk mencari nafkah dan mendukung keluarganya.pendidikan yang diberikan lebih kepada bekal terhadap bagaimana mencari nafkah dan norma-norma sosial serta pengetahuan mengenai seks. Pendidikan ini berlangsung seumur hidup dengan batasan apanila umur sudah tua atau kulit sudah keriput.
- Vanaprastha asrama
Asrama yang ketiga ini lebih menekankan ada lelaki usia lanjut. Ketika usia mereka sudah tua dan anak-anak mereka sudah dewasa maka mereka diharuskan masuk ke asrama ketiga. Mereka diharuskan meninggalkan kesenangan dunia dan mengabdikan diri hanya untuk Tuhan.
- Sannyasa asrama
Asrama ini ditujukan kepada mereka para lelaki yang benar-benar ingin mengabdi kepada Tuhan dengan meninggalkan seluruh kenikmatan dunia. mereka merupakan calon-calon para pendeta untuk agama hindu Siwa.
Baca Juga:
- Gambaran Kerajaan Majapahit dalam sejarah Pendidikan pada masa Hindu Budha
- Sumber Belajar dan Hasil Kesustraan Hindu Budha pada masa kerajaan Majapahit
Tujuan dari pendidikan Hindu Siwa dikerajaaan Majapahit sama dengan tujuan ajaran agama Hindu pada umumnya yaitu meliputi 3 aspek.
- Tatwa, yaitu Filsafat
Filsafat dalam agama Hindu Siwa terkenal dengan lima kepercayaan mutlak atau yang biasa dikenla dengan Pancacrada, yaitu:
- Percaya pada Sang Hyang Widi
- Percaya pada atma (roh leluhur)
- Percaya pada adanya karma pala
- Percaya adanya samsara (punabibhawa)
- Percaya adanya moksa
- Susila, yaitu etika
Tujuan dalam pendiidkan ini merupakan untuk membentuk manusia yang beradab dan mengerti mengenai etika atau tata cara bertingkah laku didalam masyarakat.
- Upacara, yaitu pelaksanaan yang berkaitan dengan adanya adat-istiadat
Pada tujuan ini banyak terdapat upacara untuk menambah keyakinan pada Tuhan dan untuk wujud sebaga rasa syukur terhadap Tuhan. Salah satu upacara besar yang pernah diadakan Majapahit adalah upacara Srada yang lebih menjurus kepada kesenangan.
Pendidikan Agama Budha
Agama Budha mendidik manusia bersifat Ahimsa yaitu kesabaran dan anti penganiayaan. Dalam pengajaran ada masa Majapahit hampir sama dengan sistem Budha pada umumnya yaitu mengenal 4 rasa ketuhanan, yaitu:
- Ketuhanan berdasarkan Veda/Weda
- Ketuhannan berdasarkan pengertian Brahma
- Ketuhanan berdasarkan wejangan Buddha
- Ketuhanan berdasarkan keyakinan bangsa Hindu
Seorang siswa Budha akan diajarkan tentang kitab Weda dan untuk mempelajarai kitan Weda maka dibutuhkan waktu beberapa tahun. Adapun bagaimana pendidikan ini berlangsung adalah sebagai berikut:
- Menghafal tembang-tembang
- Memberi sebanyak-banyaknya untuk orang lain
- Taat kepada guru
- Pelajaran yang diberikan secara lisan
- Lamanya belajar kurang lebih 12 tahun
Pendidikan yang diberikan oleh agama Budha lebih menitik beratkan pada kemanusiaannya.
Pada masa kekuasaan Mjapahit sistem pendidikan yang digunakan merujuk pada sistem pendidikan dari kedua agama yang dianut di kerajaan Majapahit. Perkembangan pendidikan pada masa Majapahit juga berkembang begitu pesat salah satu sumber menyebutkan bahwa pendiidkan pada masa itu sudah tertata rapi dan lebih mengutamakan budi pekerti dan kesusilaan. Bahkan menurut S. Leo Hayam Wuruk memperhatikan keperpustakaan yang ada di asrama Brahmana. Dikatakan bahwa pada masa itu Majapahit memiliki sebuah perustakaan yang disebut “Sana Pustaka” yang menyimpan buku-buku berharga.
Perguruan
Perguruan yang ada pada masa Majapahit terdapat dua perguruan, yaitu perguruan kraton dan perguruan biasa. Perguruan kraton merupakan perguruan yang memiliki tempat di kraton atau di Istana. Siswa yang bisa belajar di perguruan kraton ini hanyalah anak raja atau anak pejabat dari kerajaan Majapahit.
Guru dari perguruan kraton merupakan seorang pendeta yang dirasa memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti, pengetahuan etika, filsafat, pemerintahan dan hukum. Yang kedua adalah perguruan biasa, perguruan ini berlangsung diluar kraton biasanya perguruan ini didirikan oleh seorang yang memiliki kemampuan untuk mengajarkan ilmu dasar pengetahuan alam maupun ilmu mengenai bela diri. Perguruan biasa ini ditujukan untuk kaum kstaria, ataupun waisya.